Rabu, 06 April 2011

Buku Foto Punk Rock Pertama di Indonesia Sedang Digarap

image

Jika di kehidupan masa lalu (atau bahkan hingga sekarang) Anda pernah menampilkan gaya rambutmohawk dan berperilaku brengsek ala Sid Vicious maka Anda wajib berpartisipasi dalam proyek buku punk pertama di Indonesia ini.

Untukmu Generasiku adalah sebuah proyek buku yang belakangan tengah digarap oleh editornya asal Yogyakarta, Wok The Rock (Realino Records, Yes No Wave Music) bekerjasama dengan Else Press selaku penerbit buku dari Bandung.

Untukmu Generasiku digagas sebagai sebuah retrospeksi, pengarsipan dan pendokumentasian atas subkultur punk yang berkembang di Indonesia,” tulis Wok The Rock di website resmi Untukmu Generasiku.

Didalam website proyek buku ini juga dapat dilihat beberapa contoh koleksi foto anak-anak punk Indonesia sejak jaman dulu hingga sekarang.

”Buku ini dibagi menjadi 2 bagian: Dokumentasi Foto dan Dokumentasi Gambar. Pada bagian pertama akan ditampilkan rekam fotografi dari berbagai macam segi meliputi foto diri maupun berkelompok, foto gigs(suasana venuestage, penonton), aktivitas, tato, peristiwa, foto berita yang termuat di media massa dan lain sebagainya. Koleksi gambar pada bagian kedua memuat gambar-gambar non-fotografi seperti poster,flyer, logo, sampul album rekaman, tiket, ilustrasi, desain merchandise dan gambar sejenis lainnya,” imbuhnya.

Pembagian bab dari buku ini nanti rencananya akan dibagi menjadi tiga bagian. Bab I menampilkan foto generasi punk rocker dekade 80an dan 90an, Bab II generasi 2000an dan Bab III generasi 2001 – 2010.

Buku yang akan menjadi dokumentasi scene punk pertama di Indonesia ini nantinya akan dicetak hitam-putih sebanyak 208 halaman dengan ukuran 21 x 29,7 cm dan menggunakan gaya desain ala majalah punk legendaris Amerika Serikat, Maximum Rocknroll.

Hingga kini belum diketahui kapan rencananya buku tersebut akan diterbitkan dan berapa harganya karena penulis masih dalam tahap mengumpulkan dan menunggu kontribusi materi foto dari berbagai sumber yang bisa dilakukan oleh siapa saja melalui online (e-mail, website), offline (posko bank data, via pos).

Ide brilyan ini nantinya akan menjadi sebuah dokumentasi yang sangat berharga bagi perkembangan subkultur musik independen di tanahair, bagaimana sebuah gerakan bermusik yang terlambat hadir di Indonesia ini pernah mengambil posisi perlawanan sangat ekstrem terhadap rejim pemerintahan atau bahkan sesederhana pada kenyataan hidup orang ”normal” kebanyakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar